PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) tengah merayakan 55 tahun keberadaannya di Indonesia dengan pencapaian yang luar biasa. Hingga Oktober 2025, Mitsubishi Fuso berhasil menjual sekitar 1,5 juta unit truk, menegaskan posisinya sebagai pemimpin pasar kendaraan niaga di tanah air.
Dalam perjalanan panjangnya, Mitsubishi Fuso tidak hanya fokus pada angka penjualan, tetapi juga berkontribusi terhadap pertumbuhan industri kendaraan komersial. Perusahaan ini telah berinvestasi dalam berbagai aspek, termasuk penyediaan lapangan kerja dan pemberdayaan pemasok lokal.
Aji Jaya, Sales and Marketing Director KTB, menekankan pentingnya investasi pada tenaga kerja meningkatkan kualitas dan kapasitas sumber daya manusia. Hal ini tercermin dari penyerapan tenaga kerja di Krama Yudha Ratu Motor (KRM), fasilitas perakitan yang berperan penting dalam produksi kendaraan Mitsubishi Fuso di Indonesia.
Pentingnya Investasi pada Tenaga Kerja Lokal dalam Industri Otomotif
Aji Jaya menyatakan bahwa upaya KTB tidak hanya sekadar menjual produk, melainkan juga membangun ekosistem yang mendukung perekonomian lokal. KTB berkomitmen untuk memfasilitasi pertumbuhan serta membentuk lingkungan yang baik bagi para pekerja di fasilitas perakitannya.
Kehadiran 226 unit dealer di seluruh Indonesia menjadi salah satu langkah strategis dalam memperluas jangkauan serta memudahkan akses masyarakat terhadap produk Mitsubishi Fuso. Melalui jaringan yang luas ini, perusahaan meningkatkan kehadirannya sekaligus mendukung layanan purna jual yang lebih baik.
Di samping itu, KTB juga menggandeng sekitar 100 perusahaan pemasok lokal. Hal ini bertujuan untuk memberdayakan rantai pasok di Indonesia, sekaligus menciptakan hubungan yang lebih baik antara produsen dan pemasok dalam memenuhi kebutuhan pasar.
Otomasasi dalam Proses Produksi Truk Mitsubishi Fuso
KRM saat ini telah menerapkan otomasi dalam proses produksi truk. Duljatmono, President Director KRM, menjelaskan bahwa penerapan teknologi ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tanpa mengorbankan kualitas hasil produksi.
Namun, secara konservatif, Duljatmono menekankan bahwa penambahan teknologi otomasi tidak menjadi prioritas utama saat ini. Perusahaan lebih memilih untuk menyesuaikan dengan kemampuan fasilitas yang ada, agar investasi yang dilakukan dapat memberikan hasil yang optimal.
Pemanfaatan robot dalam proses produksi juga harus tetap berdasarkan prinsip efisiensi dan kebutuhan volume produksi. Duljatmono menekankan pentingnya keseimbangan antara teknologi yang diterapkan dan efisiensi biaya agar tidak terjadi pemborosan.
Menanggapi Tren Elektrifikasi dalam Industri Otomotif
Sejalan dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan konsumen, KRM siap memproduksi kendaraan listrik (EV) apabila permintaan meningkat. Duljatmono mengungkapkan bahwa fasilitas produksi KRM cukup fleksibel untuk beradaptasi dengan inovasi produk baru, termasuk EV.
Seni adaptasi ini tidak semata-mata hanya tentang memproduksi, tetapi juga melibatkan pelatihan bagi tim KRM untuk menghadapi teknologi baru. Proses ini memerlukan investasi tambahan, tetapi perusahaan yakin akan mampu menyelenggarakannya.
Persiapan untuk menghadapi mobilitas elektrifikasi ini menunjukkan kesiapan KRM dalam menyambut perkembangan zaman. Jika ada arahan dari prinsipal untuk memproduksi EV di Indonesia, KRM akan segera melakukan penyesuaian yang diperlukan.
Kesiapan ini juga menggambarkan komitmen berkelanjutan KTB dalam menghadapi tantangan dan meningkatkan kapasitas produksi sesuai dengan permintaan pasar. Dengan memanfaatkan teknologi yang ada, KTB berupaya untuk tetap relevan dalam industri otomotif yang semakin kompetitif.
Langkah-langkah ini menjadi cerminan dari semangat inovasi yang terus dijaga oleh Mitsubishi Fuso untuk berkontribusi positif terhadap industri otomotif di Indonesia.














