Pencemaran air laut menjadi isu yang semakin penting untuk diperhatikan, terutama terkait dengan dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia. Salah satu masalah utama adalah kandungan merkuri di dalam ikan, yang dapat memicu berbagai risiko kesehatan jika dikonsumsi secara berlebihan.
Merkuri adalah logam berat yang dapat ditemukan di dalam air, udara, dan tanah. Pencemaran merkuri seringkali diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan industri, serta fenomena alami seperti letusan gunung berapi yang melepaskan merkuri ke lingkungan.
Keberadaan merkuri dalam ikan menjadikan penting bagi konsumen untuk memilih dengan bijak jenis ikan yang akan dikonsumsi. Di Indonesia, meskipun ikan merupakan sumber protein yang baik, kandungan merkuri dalam beberapa jenis ikan dapat berisiko bagi kesehatan.
Jenis-Jenis Ikan dengan Kadar Merkuri Tinggi yang Perlu Diperhatikan
Berdasarkan penelitian dari lembaga kesehatan, ada sejumlah jenis ikan yang memiliki kadar merkuri yang cukup tinggi. Konsumsi ikan-ikan ini sebaiknya dilakukan dengan sangat hati-hati demi menghindari efek kesehatan jangka panjang.
Salah satu ikan yang sering menjadi perhatian adalah tuna, terutama tuna albacore, yang dapat mengandung merkuri mencapai 0,350 ppm. Apa lagi, tuna adalah ikan yang populer dan sangat diminati oleh banyak orang di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Ikan King Mackerel, yang dapat mengandung merkuri hingga 0,730 ppm, juga menjadi salah satu ikan yang perlu dihindari. Meskipun memiliki rasa yang lezat, ikan ini berukuran besar dan dapat membawa paparan merkuri yang tinggi bagi para konsumen.
Selain itu, ikan mata besar atau Big Eye Tuna memiliki kadar merkuri sekitar 0,689 ppm dan dikenal karena ukuran tubuhnya yang besar. Ikan ini juga menjadi salah satu yang populer, namun berisiko jika dikonsumsi secara berlebihan.
Ragam Ikan Laut Lain yang Mengandung Merkuri Tinggi
Tidak hanya tuna, ikan todak atau swordfish menunjukkan kadar merkuri yang cukup mengkhawatirkan, mencapai 0,995 ppm. Tekstur dagingnya yang lembut dan gurih membuatnya sering dijadikan pilihan, namun sebaiknya dikonsumsi dengan sangat hati-hati.
Ikan hiu juga perlu diwaspadai meski sering menjadi hidangan eksotis. Kandungan merkuri pada ikan hiu mencapai 0,979 ppm, sehingga konsumsi dalam jumlah besar berpotensi membahayakan kesehatan.
Tilefish, atau ikan jabad, memiliki kadar merkuri yang mencengangkan, yaitu 1,123 ppm. Durasi hidupnya yang panjang mempengaruhi akumulasi merkuri dalam tubuhnya, menjadikannya salah satu ikan dengan risiko tertinggi.
Ikan Orange Roughy, predator laut yang hidup lama hingga mencapai 150 tahun, memiliki kadar merkuri sekitar 0,571 ppm. Meskipun mungkin tidak terkenal di Indonesia, keberadaannya di pasaran seafood harus selalu diwaspadai.
Peluang dan Tantangan dalam Memilih Ikan Sehat
Meskipun banyak ikan memiliki risiko tinggi terkait merkuri, tidak semua ikan mengandung kadar merkuri yang sama. memilih ikan yang tepat tetap dapat memberikan manfaat gizi yang sangat baik.
Ikan Barramundi, meski mengandung merkuri sedang pada level 0,167 ppm, masih dapat menjadi pilihan dengan catatan konsumsi yang bijak. Ikan ini tersebar luas di wilayah Asia Tenggara dan masih cukup aman untuk dikonsumsi dalam jumlah yang wajar.
Penting bagi konsumen untuk berupaya mendapatkan informasi mengenai sumber ikan dan kontaminan yang mungkin ada di dalamnya. Edukasi dan kesadaran akan isu ini perlu ditingkatkan agar masyarakat tidak hanya mengutamakan cita rasa tetapi juga kesehatan.
Tentunya, mengurangi jumlah konsumsi ikan yang tinggi merkuri bukanlah hal yang mustahil. Mereka yang rajin mencari alternatif pangan laut yang lebih sehat dapat menemukan berbagai pilihan yang bisa diolah untuk menghindari risiko kesehatan.