Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan pernyataan bahwa gempa berkekuatan magnitudo 4,7 yang terjadi di Kabupaten Karawang bukan disebabkan oleh Sesar Baribis. Sebaliknya, gempa ini dipicu oleh Sesar Naik Busur Belakang Jawa Barat, khususnya di Segmen Citarum, yang menjelaskan letak episenternya yang tidak biasa.
Pengamat geologi dari BMKG, Daryono, menyatakan bahwa segmen Citarum menjadi penyebab utama gempa tersebut. Hal ini menunjukkan pentingnya pemahaman mengenai berbagai segmen sesar yang ada di wilayah Jawa Barat, yang memiliki karakteristik dan potensi risiko yang berbeda.
Gabungan segmen-segmen sesar di Jawa Barat, termasuk Citarum, memainkan peran vital dalam penciptaan gempa. Keberadaan sesar ini menambah kompleksitas dalam memahami risiko seismik di wilayah yang padat penduduk ini.
Mengapa Sesar Citarum Menjadi Pusat Perhatian saat Gempa Kuat Terjadi?
Sesar Citarum, bagian dari Sesar Naik Busur Belakang Jawa Barat, telah menjadi fokus perhatian para peneliti. Dengan episenter terletak di selatan segmen ini, dampaknya terhadap masyarakat sangat signifikan. Sebab, gempa yang berasal dari kawasan ini dapat dirasakan hingga ke berbagai daerah sekitarnya.
Seperti yang dijelaskan oleh Daryono, adanya sudut miring segmen ini ke arah selatan menyebabkan efek beragam pada intensitas gempa. Inilah yang menjelaskan mengapa dampak dari gempa ini begitu luas, meskipun magnitudonya terbilang sedang.
Kesiapsiagaan masyarakat dan pemahaman tentang pola gempa yang terjadi di segmen Citarum sangatlah penting. Ini akan membantu individu dan pemerintah dalam menyiapkan langkah-langkah mitigasi yang lebih efektif untuk mengurangi risiko akibat bencana.
Sejarah Dan Karakteristik Sesar Naik Busur Belakang Jawa Barat
Sesar Naik Busur Belakang Jawa Barat merupakan sistem sesar yang kompleks dan sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Meliputi berbagai daerah, termasuk Cirebon, Indramayu, dan Bogor, sistem ini memiliki sejarah panjang yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Penelitian yang dilakukan sejak 2019 menunjukkan bahwa sesar ini telah aktif dan ngesal sejak 11 ribu tahun yang lalu.
Background geologis sesar ini sangat penting untuk dipahami karena dapat memengaruhi keadaan geologi dan sosial di sekitarnya. Misalnya, banyak daerah yang terletak di jalur sesar berisiko terkena dampak gempa yang parah, jika tidak dijaga dengan baik.
Dalam jurnal Tectonics, dijelaskan bahwa segmen-segmen seperti Citarum dan lainnya di Sesar Naik Busur Belakang Jawa Barat menunjukkan seismisitas yang signifikan. Penelitian ini menambah kontribusi pengetahuan berupa data morfologi yang dapat digunakan untuk memprediksi pergerakan tanah di masa depan.
Pentingnya Riset dalam Memahami Risiko Gempa di Wilayah Padat Penduduk
Riset yang dilakukan oleh Pusat Riset Kebencanaan Geologi berjalan dengan intensif. Peneliti seperti Sonny Aribowo berfokus pada pemanfaatan data seismik untuk memahami karakteristik sesar di Jawa Barat. Ini membantu dalam mengidentifikasi bagian mana yang berisiko dan memerlukan perhatian lebih.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk pengamatan lapangan dan analisis data sejarah gempa. Dengan demikian, para ilmuwan bisa mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai pola gempa yang berpotensi terjadi.
Masyarakat yang lebih memahami risiko ini akan lebih siap dalam menjalani langkah-langkah mitigasi bencana yang dibutuhkan. Ini menjadi lebih penting mengingat banyaknya penduduk yang tinggal di daerah berisiko tinggi.