Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, Serikat Pekerja/Serikat Buruh (SP/SB), dan dunia usaha dalam menghadapi berbagai tantangan di sektor ketenagakerjaan. Dia mengungkapkan hal tersebut saat membuka Rapat Kerja Nasional Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik, dan Mesin (FSP LEM SPSI) di Karawang baru-baru ini. Dalam kesempatan itu, Yassierli menyoroti tiga pekerjaan rumah yang harus diperhatikan saat ini, yaitu pembaruan regulasi, penguatan Gerakan Produktivitas Nasional, serta upskilling dan reskilling tenaga kerja.
Isu-isu ketenagakerjaan yang masih memerlukan solusi komprehensif antara lain adalah penetapan upah minimum, perizinan tenaga kerja asing, serta pengaturan perjanjian kerja waktu tertentu. Selain itu, tantangan terkait outsourcing, cuti, dan pemutusan hubungan kerja juga perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak.
“Kita menghadapi tantangan ini sebagai peluang untuk membangun masa depan bangsa yang lebih baik,” ujar Yassierli. Ia juga menekankan bahwa hubungan industrial yang harmonis tidak cukup, dan dunia kerja di Indonesia harus bergerak menuju hubungan industrial yang lebih transformatif.
Pentingnya Produktivitas dalam Ketenagakerjaan Indonesia
Dengan produktivitas yang masih 10 persen di bawah rata-rata negara-negara ASEAN, Yassierli berharap SP/SB dapat berperan sebagai agen perubahan. Dia ingin agar serikat pekerja menjadi juara dalam produktivitas, serta mempromosikan budaya kerja yang produktif di kalangan anggotanya.
Sebagai langkah konkret, Kementerian Ketenagakerjaan menginisiasi pelatihan ahli produktivitas. Yassierli berharap pelatihan ini akan melibatkan FSP LEM SPSI untuk diperluas ke seluruh daerah, sehingga dapat memberikan dampak yang lebih luas.
Peningkatan kompetensi pekerja menjadi salah satu tugas strategis yang perlu diperhatikan. Kemnaker berencana untuk memperluas Balai Latihan Kerja (BLK) dan Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) di berbagai wilayah untuk mendukung program upskilling dan reskilling tersebut.
Kurikulum yang Relevan untuk Dunia Kerja Modern
Kementerian Ketenagakerjaan terus memperbarui kurikulum melalui Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) agar sesuai dengan kebutuhan industri yang terus berubah. Balai-balai pelatihan tersebut diharapkan tidak hanya dimanfaatkan oleh pencari kerja, tetapi juga oleh serikat pekerja untuk pengembangan kompetensi.
Menerapkan slogan “A Nice Place to Grow,” Kemnaker ingin menciptakan ruang bagi pengembangan kapasitas pekerja secara berkelanjutan. Yassierli meyakini bahwa peningkatan produktivitas merupakan salah satu kunci penting untuk mencapai visi Indonesia Emas 2045.
Dia menekankan bahwa produktivitas nasional harus ditingkatkan hingga 260 persen agar Indonesia dapat bersaing dengan negara-negara maju di dunia. Dengan kerjasama yang solid antara pemerintah, pengusaha, dan serikat pekerja, lompatan besar ke depan dapat terwujud.
Proyeksi Masa Depan Ketenagakerjaan di Indonesia
Ke depannya, Yassierli melihat teknologi seperti kecerdasan buatan (AI) tidak seharusnya menjadi ancaman, melainkan alat untuk meningkatkan efisiensi kerja. Dia percaya bahwa dengan kolaborasi yang erat, semua pihak dapat memanfaatkan teknologi untuk keuntungan bersama.
Tantangan besar di depan memerlukan sinergi yang efektif. Yassierli mengajak semua pihak untuk bersatu dalam menciptakan solusi yang efektif dan komprehensif, yang dapat menjawab semua isu ketenagakerjaan yang ada saat ini.
Dia berharap bahwa langkah-langkah ini tidak hanya akan membantu mengatasi masalah-masalah yang telah ada, tetapi juga memberikan fondasi yang kuat untuk generasi mendatang. Membangun masa depan yang lebih baik untuk anak cucu adalah tanggung jawab bersama.