Acha Septriasa membagikan kisahnya tentang pengasuhan bersama mantan suaminya, Vicky Kharisma, untuk anak tunggal mereka, Bridgia. Dalam perjalanan baru ini, Acha dan Vicky saling berusaha menciptakan keseimbangan waktu untuk putri mereka meskipun telah berpisah.
Keduanya sepakat untuk bergantian menjaga Bridgia, terutama ketika salah satu dari mereka memiliki kesibukan penting. Melalui kolaborasi ini, mereka berharap dapat memberikan pengalaman terbaik bagi anak mereka.
“Karena co-parenting, saya bisa menjaga Brigia selama 11 minggu 5 hari,” ungkap Acha. “Vicky juga berperan, dia menjaga saat saya harus promo film, sehingga proporsinya saat ini sekitar 60-40,” lanjutnya.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun telah bercerai, mereka tetap dapat bekerja sama demi kepentingan anak. Keduanya berkomitmen untuk memastikan Bridgia merasa dicintai dan diperhatikan oleh kedua orang tuanya.
Cara Acha dan Vicky Mengatur Waktu untuk Anak Mereka
Dalam proses co-parenting ini, Acha menyoroti pentingnya komunikasi dan pengertian antara kedua belah pihak. Dia mengungkapkan bahwa saat berada di Australia, dia bisa lebih fokus pada Bridgia.
“Begitu saya kembali ke Indonesia, saya berusaha penuh menjadi aktris, namun tanpa melupakan tanggung jawab saya sebagai ibu,” kata Acha. Ini adalah tantangan yang banyak dihadapi oleh orang tua yang menjalani pengasuhan bersama.
Acha juga mencatat sikap positif Bridgia, yang menunjukkan kedewasaan meskipun usianya masih muda. Sikap ini menjadi sesuatu yang sangat dihargai oleh Acha.
“Brigia dewasa sekali, jadi dia sangat menerima keadaan kami,” ungkap Acha. Meskipun situasi tersebut tidak sederhana, anak mereka tampaknya dapat menerima dan beradaptasi dengan baik.
Pillow talk sebelum tidur menjadi momen penting bagi mereka. Acha selalu berusaha untuk mendengarkan apa yang ingin diungkapkan Bridgia sebelum tidur, ini menjadi cara untuk menjaga kedekatan mereka.
Dampak Perceraian terhadap Anak
Perceraian Acha dan Vicky resmi pada 19 Mei 2025, setelah hampir sembilan tahun menikah. Putusan tersebut menjadi penanda bagi mereka untuk memulai babak baru dalam hidup masing-masing.
Putusan pengadilan menyatakan bahwa gugatan cerai Acha diterima secara verstek karena Vicky tidak hadir dalam persidangan. Ini adalah langkah yang penuh tantangan bagi keduanya, namun demi masa depan anak, mereka harus cepat beradaptasi.
Perceraian sering kali berdampak pada anak-anak, dan Acha menyadari hal ini. Oleh karena itu, ia berkomitmen untuk terus menjaga komunikasi terbuka dengan Bridgia.
“Saya ingin anak saya tidak merasakan kehilangan, meskipun kami tidak lagi bersama sebagai pasangan,” ujarnya. Keterlibatan aktif dari kedua orang tua menjadi sangat penting dalam proses ini.
Pengasuhan setelah perceraian menuntut orang tua untuk lebih bijak dalam mengatur perasaan dan memberikan dukungan penuh kepada anak. Acha berupaya sebaik mungkin untuk menciptakan lingkungan yang stabil bagi Bridgia.
Pentingnya Komunikasi dalam Pengasuhan Bersama
Di tengah dinamika co-parenting, komunikasi menjadi kunci utama bagi Acha dan Vicky. Mereka menyadari bahwa meskipun telah berpisah, komunikasi yang baik sangat penting untuk menjaga kualitas hubungan dengan anak.
Acha selalu berusaha untuk membicarakan segala sesuatunya dengan Vicky, terutama yang berkaitan dengan Bridgia. Hal ini membantu mengurangi potensi konflik dan memastikan semua keputusan yang diambil demi kepentingan anak.
Dia menambahkan bahwa saling menghargai antara orang tua sangat membantu menciptakan suasana yang lebih positif. Dengan cara ini, mereka dapat bersama-sama memberikan yang terbaik untuk putri mereka.
“Kami berbagi tanggung jawab dan menjaga saling pengertian,” jelas Acha. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya untuk tetap bersatu, meskipun dalam kapasitas yang berbeda.
Melalui pendekatan ini, mereka berharap Bridgia akan tumbuh menjadi anak yang bahagia dan seimbang, mampu mengatasi situasi yang mungkin tidak ideal.














