Mantan Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, mengungkapkan bahwa keberhasilan elektrifikasi kendaraan di Indonesia sangat tergantung pada kesiapan pasokan energi. Menurutnya, perhatian utama harus tertuju pada pengembangan kapasitas energi sebelum membangun infrastruktur pengisian daya yang dibutuhkan untuk kendaraan listrik.
Dalam sebuah acara diskusi yang diadakan di GIIAS 2025, Gita mengingatkan pentingnya mempersiapkan sumber daya energi yang memadai. Ia menekankan bahwa tanpa dukungan energi yang cukup, upaya elektrifikasi akan mengalami banyak kendala.
“Kita perlu fokus pada pengembangan sumber energi terlebih dahulu sebelum membahas tentang konektivitas atau infrastruktur pendukung lainnya,” ungkapnya lebih lanjut, menggambarkan pandangannya mengenai langkah awal yang harus diambil.
“Jika sebuah institusi atau perusahaan memiliki akses energi yang lebih baik, mereka akan mampu beroperasi lebih efisien dari satu lokasi ke lokasi lainnya,” tambah Gita. Hal ini menunjukkan bahwa energi menjadi elemen kunci dalam menggerakkan inovasi dan perkembangan.
Gita juga mencatat bahwa meskipun elektrifikasi transportasi menunjukkan pertumbuhan yang pesat, keberlanjutan trennya akan sangat dipengaruhi oleh dukungan dalam hal penyediaan energi dan kebijakan dari pemerintah. “Kita harus memberikan insentif yang sesuai agar proses ini berjalan dengan baik dan berkelanjutan,” jelasnya.
Pentingnya Infrastruktur Energi dalam Elektrifikasi Kendaraan di Indonesia
Infrastruktur energi yang solid merupakan landasan yang sangat penting bagi elektrifikasi kendaraan. Sebab, tanpa pasokan energi yang mapan, infrastruktur pengisian daya akan sia-sia. “Penggandaan investasi dalam energi harus menjadi prioritas utama,” ujar Gita.
Ia menambahkan bahwa perkembangan teknologi dalam penyimpanan energi juga akan berpengaruh besar pada keberhasilan elektrifikasi. Dengan adanya kemajuan dalam teknologi baterai, efisiensi penggunaan energi bisa meningkat pesat.
Selain itu, kebijakan pemerintah juga memainkan peran yang tidak kalah penting dalam mendorong elektrifikasi. Pemerintah diharapkan dapat memberikan dukungan regulasi yang memudahkan perusahaan untuk berinvestasi di sektor energi terbarukan.
Gita menegaskan bahwa langkah-langkah konkret dalam pengembangan infrastruktur energi harus diambil. “Sebuah rencana terintegrasi yang melibatkan semua stake holder sangat diperlukan,” katanya. Rencana tersebut harus mencakup aspek penyediaan energi yang berkualitas dan dapat diakses.
Peluang dan Tantangan dalam Adopsi Kendaraan Listrik di Indonesia
Adopsi kendaraan listrik di Indonesia memiliki banyak peluang, namun juga dihadapkan pada tantangan yang cukup besar. “Masyarakat kini semakin sadar akan pentingnya pengurangan emisi karbon,” ungkap Gita, menyoroti perubahan mindset yang sedang terjadi. Kesadaran akan isu lingkungan dapat menjadi pendorong bagi masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik.
Tentu saja, tantangan terbesar yang dihadapi adalah kebutuhan akan infrastruktur yang memadai. “Tanpa adanya stasiun pengisian yang cukup, orang akan ragu untuk beralih,” jelasnya. Gita meyakini bahwa investasi yang tepat di sektor ini akan memudahkan transisi ke kendaraan berbasis listrik.
Di sisi lain, dukungan dari industri juga sangat diperlukan. “Kami perlu melibatkan semua pihak, termasuk sektor swasta, untuk memastikan bahwa transisi ini berjalan dengan lancar,” ungkap Gita. Keterlibatan berbagai pihak dapat mempercepat pengembangan teknologi yang diperlukan.
Bagi Gita, penting untuk merangkul peluang ini dengan hati-hati. “Kita tidak harus terburu-buru, tetapi juga tidak boleh lambat,” tegasnya, menekankan bahwa strategis dan terencana adalah kunci keberhasilan.
Implementasi Kebijakan yang Mendukung Pengembangan Energi Terbarukan
Pemilihan kebijakan yang tepat sangat krusial dalam mendukung pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Gita menganggap bahwa pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan yang tidak hanya mendukung infrastruktur, tetapi juga mendorong penggunaan energi bersih. “Kebijakan fiskal yang mendukung harus jadi salah satu elemen utama,” tuturnya.
Selain dukungan fiskal, regulasi juga perlu dievaluasi untuk memastikan bahwa proses transisi tersebut berjalan dengan lancar. “Regulasi yang rumit justru dapat menghambat perkembangan yang ingin kita capai,” jelasnya.
Sebagai negara dengan kontribusi emisi karbon signifikan, Gita melihat elektrifikasi sebagai solusi jangka panjang. “Kita perlu merangkul ekonomi sirkular dan elektrifikasi agar emisi karbon dapat ditekan lebih lanjut,” ujar Gita, menekankan dampak positif yang dapat terjadi jika kebijakan yang tepat diterapkan.
Dengan pendekatan yang holistik, Gita yakin bahwa Indonesia dapat menjadi pelopor dalam pengembangan energi terbarukan dan elektrifikasi kendaraan. “Semua elemen — pemerintah, industri, dan masyarakat — harus bersinergi,” tandasnya menutup pembicaraan.