Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bahwa sekitar Rp425 triliun uang pemerintah saat ini mengendap di Bank Indonesia. Kondisi seperti ini dinilai sebagai salah satu faktor yang menyebabkan kesulitan lapangan kerja, di mana dana yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan ekonomi justru tidak berfungsi dengan baik.
Purbaya menyebutkan, ratusan triliun yang berasal dari pajak dan sumber pendapatan negara lainnya telah terjebak dan tidak dapat dimanfaatkan oleh perbankan. Hal ini mengakibatkan sistem keuangan menjadi kurang likuid dan ekonomi pun melambat, sehingga kehidupan masyarakat terganggu.
“Sistem finansial kita agak kering, makanya ekonominya melambat,” kata Purbaya dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta Pusat. Menurutnya, kebijakan yang tidak tepat pada sektor moneter dan fiskal telah berkontribusi pada permasalahan ini.
Rencana Penarikan Uang dari Bank Indonesia untuk Ekonomi
Purbaya mengungkapkan niatnya untuk menarik Rp200 triliun dari total dana yang mengendap di Bank Indonesia. Langkah ini telah mendapatkan persetujuan dari Presiden Prabowo Subianto, dan diharapkan dapat memompa likuiditas ke dalam sistem perbankan.
Dana tersebut berencana akan dialokasikan ke bank swasta, di mana Purbaya percaya bahwa dengan cara ini, uang akan lebih aktif beredar dan dapat menciptakan lapangan kerja baru. Strategi ini diyakini mampu memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
“Kami akan menyimpan dana tersebut sebagai rekening pemerintah di bank. Bank tidak akan membiarkan dana menganggur, dan akan mencari cara untuk mendapatkan return yang lebih tinggi,” lanjut Purbaya. Hal ini diharapkan dapat menggerakkan kembali sektor perbankan untuk lebih aktif dalam memberikan kredit.
Strategi Meningkatkan Likuiditas Melalui Sektor Perbankan
Purbaya menekankan bahwa langkah ini bukan sekadar sebuah rencana, tetapi suatu keharusan untuk mendorong perekonomian. Dengan memindahkan dana ke bank, mereka diharapkan akan lebih berinovasi untuk mencari peluang investasional yang lebih baik.
Saat ini, dia merasa perlu untuk menekankan pentingnya kerjasama antara otoritas keuangan dan perbankan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Selain itu, Purbaya mengaku telah berkomunikasi dengan Bank Indonesia agar dana yang dipindahkan tidak dikembalikan ke Bank Indonesia.
“BI harus mendukung langkah fiskal yang kami ambil. Ini adalah bagian dari strategi untuk memulihkan ekonomi,” ujar Purbaya. Keberhasilan langkah ini diharapkan dapat menjadi model bagi langkah-langkah yang sama di masa mendatang.
Pengalaman Masa Lalu dan Pelajaran yang Dapat Diambil
Purbaya mengingat pengalaman ketika dirinya menjabat sebagai Deputi di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi. Saat itu, ia menyaksikan pertumbuhan uang yang beredar sangat rendah, bahkan tidak mengalami peningkatan selama dua tahun berturut-turut.
Purbaya merasakan kekecewaan ketika melihat upaya pemerintah untuk membangun infrastruktur terhambat oleh kurangnya likuiditas. Ketika diminta membantu menangani masalah ini, ia menemukan bahwa perekonomian sangat tergantung pada permintaan domestik yang lemah.
“Saya sangat terkejut melihat situasi tersebut dan menyadari bahwa 90 persen perekonomian kita bergantung pada permintaan domestik,” jelasnya. Menurutnya, hal ini merupakan cerminan dari kebijakan yang perlu diperbaiki agar pertumbuhan dapat berjalan baik.