Di sebuah desa kecil di Indonesia, sepasang suami istri menghadapi tantangan besar dalam kehidupan mereka. Mereka berharap agar putri kecil mereka yang berusia 18 bulan, Khalisa, dapat memiliki senyum yang indah dan kesehatan yang optimal seperti anak-anak lainnya di sekitarnya.
Khalisa terlahir dengan kondisi bibir sumbing, yang mengharuskan dia menjalani empat tahapan operasi bedah plastik agar bisa berbicara dan makan dengan normal. Namun, keterbatasan finansial membuat harapan mereka terasa berat untuk dicapai, dan mereka terus mencari bantuan dari orang-orang dermawan.
Perjuangan Orang Tua dalam Menghadapi Kondisi Anak
Rusmiati, ibu dari Khalisa, menceritakan betapa sulitnya mereka untuk dapat memenuhi kebutuhan pengobatan putri mereka. “Kata dokter, Khalisa harus menjalani operasi empat kali agar dapat tumbuh normal,” ungkapnya dengan penuh harap.
Operasi pertama sudah dilakukan pada bagian bibir, tetapi masih ada tiga tahapan penting yang harus dilalui, yaitu operasi langit-langit mulut, hidung, dan gusi. Masing-masing operasinya memerlukan biaya yang tidak sedikit, dan mereka merasa terjepit oleh keadaan ekonomi.
Biaya untuk keseluruhan proses operasi diperkirakan mencapai sekitar Rp20 juta. Rusmiati merasa cemas karena dokter menyarankan agar prosedur tersebut dilakukan sebelum usia dua tahun, supaya tidak mengganggu kemampuan berbicara Khalisa di kemudian hari.
Kesulitan Finansial dalam Menjalani Pengobatan
Rusmiati mengungkapkan betapa beratnya beban finansial yang harus mereka tanggung. “Kami kesulitan untuk memenuhi semua kebutuhan anak kami,” tuturnya lirih. Harapan mereka kini terletak pada para dermawan yang mau membantu doa dan donasi demi kesembuhan Khalisa.
Proses pengobatan tidak hanya dihadapkan pada biaya operasi, tetapi juga pada administrasi yang kadang-kadang merepotkan. Ketika operasi pertama dilakukan, BPJS Khalisa mengalami masalah karena tunggakan dan denda yang harus dibayarkan senilai Rp650 ribu.
Setelah menyelesaikan administrasi tersebut, mereka pun menghadapi tantangan baru, yaitu biaya perawatan pasca-operasi yang tidak ditanggung oleh BPJS. “Kami sudah berusaha, tetapi tetap saja, beban finansial sangat mengganggu,” lanjut Rusmiati.
Harapan untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Meskipun menghadapi begitu banyak kesulitan, semangat Rusmiati dan suaminya tidak pernah luntur. Mereka selalu berharap agar Khalisa mendapatkan perawatan terbaik dan bisa tumbuh sehat seperti anak-anak lain. “Kami hanya ingin putri kami bisa tumbuh bahagia,” imbuhnya.
Setiap hari, mereka berdoa agar ada keajaiban dalam hidup mereka, yang dapat mengubah nasib segera. Rusmiati tidak pernah berhenti untuk berusaha mencari cara agar Khalisa mendapatkan bantuan yang dibutuhkan.
Dengan hati yang penuh harapan, ia berdoa agar ada pihak yang mau membantu. “Kami memahami bahwa banyak yang membutuhkan, tetapi kami harap masih ada yang memperhatikan keadaan kami,” sebutnya dengan haru.
Ajakan untuk Membantu Khalisa melalui Donasi
Dalam situasi yang sulit ini, Rusmiati mengajak masyarakat untuk membantu meringankan beban. “Kami ingin menawarkan kesempatan bagi orang-orang yang memiliki niat baik untuk memberikan donasi,” katanya dengan penuh harapan.
Khalisa adalah simbol dari harapan dan perjuangan, dan setiap donasi yang diberikan akan sangat berarti bagi masa depannya. “Harapan kami adalah agar semua yang kami lakukan bisa membawa kebaikan bagi putri kami,” tambahnya.
Melalui kanal donasi yang tersedia, masyarakat bisa berkontribusi dalam upaya penyembuhan Khalisa. “Tidak ada donasi yang terlalu kecil, setiap rupiah akan sangat berarti bagi kami,” tutup Rusmiati dengan penuh rasa syukur.