Mantan menteri era Presiden Joko Widodo, Ignasius Jonan, menyatakan bahwa kendaraan plug-in hybrid electric vehicle (PHEV) merupakan solusi ideal untuk elektrifikasi transportasi di Tanah Air. Ia menjelaskan bahwa tantangan besar yang dihadapi mobil listrik berbasis baterai di Indonesia masih sangat signifikan, terutama terkait dengan infrastruktur pengisian daya.
Kekurangan fasilitas Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) menjadi salah satu isu utama yang belum teratasi. Jonan berpendapat, untuk satu generasi ke depan, PHEV bisa menjadi pilihan yang lebih praktis dan efisien dalam situasi saat ini.
“Teknologi hybrid tidak hanya menawarkan fleksibilitas, tetapi juga efisiensi bahan bakar yang lebih baik,” ucap Jonan di sebuah pameran otomotif. Ia menilai upaya untuk menyediakan jaringan pengisian yang memadai memerlukan waktu dan investasi yang signifikan.
Menghadapi Tantangan Infrastruktur untuk Kendaraan Listrik di Indonesia
Jonan mengungkapkan bahwa saat ia menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sembilan tahun lalu, ada banyak kecamatan di Indonesia yang belum memiliki SPBU. Data menunjukkan, dari total 7.500 kecamatan, sekitar 1.500 masih tidak terlayani.
Sehingga, penciptaan infrastruktur untuk SPKLU yang memadai menjadi tantangan yang lebih kompleks. Pemerataan ini pun akan membutuhkan tidak hanya waktu, tetapi juga sumber daya yang memadai untuk berkembang dengan efektif.
“Ketika saya melaporkan kepada Presiden, saya terkejut melihat kondisi tersebut,” ucap Jonan. “Banyak kecamatan yang hidup dalam keterbatasan, padahal sudah 71 tahun kita merdeka.” Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memberikan perhatian lebih terhadap pengembangan infrastruktur ini.
Dengan kondisi tersebut, menciptakan satu jaringan SPKLU yang luas di seluruh Indonesia terlihat sebagai tantangan besar. Jonan menyatakan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan jika ingin mencapai pemerataan tersebut.
Ia juga mengingatkan bahwa tantangan yang dihadapi bukan sekadar jumlah SPBU yang terbatas, tetapi juga kesiapan operator listrik nasional dalam menangani kebutuhan pengisian daya. Jika banyak mobil listrik diisi daya secara bersamaan, konsekuensi terhadap pasokan listrik juga akan sangat signifikan.
Pentingnya Fleksibilitas dalam Beralih ke Kendaraan Elektrik
Ignasius Jonan menyoroti tren global yang beralih ke teknologi hybrid sebagai langkah positif. Banyak negara maju sudah mulai realistis mengenai keterbatasan infrastruktur dan efisiensi energinya. Mereka tetap mempertimbangkan ketahanan dan kenyamanan pengguna saat beralih ke kendaraan listrik.
Jonan mengakui bahwa ketidakpastian mengenai daya baterai menjadi faktor yang membuat konsumen ragu untuk beralih sepenuhnya ke mobil listrik. Ketakutan akan kehabisan daya di jalan, sementara fasilitas pengisian sangat terbatas, harus segera diatasi.
Penggunaan teknologi hybrid dapat mengubah ekosistem transportasi di Indonesia menjadi lebih efisien. Dengan demikian, kendaraan bermotor dapat tetap memiliki efisiensi bahan bakar yang baik sambil memanfaatkan efisiensi pengisian daya dari sumber daya listrik yang ada.
Dalam transisi ini, penting bagi pemerintah dan pihak swasta untuk bekerja sama dalam menciptakan infrastruktur yang mendukung, sehingga pengguna bisa merasa lebih aman dan nyaman dengan pilihan kendaraan ramah lingkungan.
Mempercepat Pengembangan Jaringan Stasiun Pengisian di Indonesia
Jonan menekankan urgensi pemenuhan infrastruktur yang dapat mendukung penggunaan kendaraan listrik secara luas. Tanpa adanya jaringan pengisian SPKLU yang layak, sulit untuk berharap kendaraan listrik dapat berkembang pesat di Indonesia. Hal inilah yang mendorong perlunya investasi di sektor ini.
Investasi dalam pembangunan SPKLU harus dibarengi dengan peningkatan kesadaran masyarakat mengenai manfaat kendaraan listrik. Pemerintah diharapkan tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga melakukan sosialisasi secara efektif.
Seiring dengan perkembangan kendaraan listrik populer di berbagai negara, Jonan berharap Indonesia dapat mengikuti jejak tersebut. Ia mendorong agar negara segera beradaptasi dengan tren global dan memahami pentingnya investasi dalam teknologi yang lebih bersih.
Jonan menegaskan,PHEV bisa menjadi salah satu langkah konkret untuk menghadapi permasalahan ini. Dengan kombinasi teknologi konvensional dan sumber daya listrik, pengguna dapat memiliki fleksibilitas dalam bertransportasi.
Status dan kesiapan PLN, sebagai penyedia utama listrik di negara ini, juga menjadi kunci dalam percepatan ini. Harus ada percakapan yang serius mengenai bagaimana mengelola kebutuhan pengisian daya yang meningkat di masa mendatang.