Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) membawa dampak yang signifikan, tidak hanya untuk meningkatkan produktivitas, tetapi juga membuka peluang bagi aktivitas kriminal di dunia siber. Penjahat siber menggunakan AI untuk mempercepat serangan, membuat proses kejahatan semakin kompleks dan sulit dideteksi oleh sistem keamanan tradisional.
Seiring dengan kemajuan teknologi, waktu yang dibutuhkan penjahat siber untuk mengembangkan dan menjalankan serangan mengalami penurunan drastis. Misalnya, pembuatan ransomware yang dulunya membutuhkan waktu hingga sembilan hari kini dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari setengah jam.
Ketika kami meneliti lebih dalam, terlihat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, penjahat siber telah mampu menyusup ke dalam sistem dan mencuri data dengan kecepatan yang luar biasa. Saat ini, serangan yang biasanya berlangsung selama sembilan hari kini hanya memerlukan waktu satu hari, dengan proyeksi waktu yang akan semakin menurun di masa depan.
Transformasi Serangan Siber Melalui Kecerdasan Buatan
Dalam seminar terbaru yang diadakan di Jakarta, seorang ahli dari industri keamanan siber mengungkapkan bahwa AI telah mengubah cara penjahat siber merencanakan dan melancarkan serangan. Penjahat siber yang dulu menghabiskan waktu untuk mengeksploitasi kerentanan sistem, kini dapat melakukannya dalam waktu kurang dari satu jam.
Laporan mencatat bahwa 70 persen insiden siber saat ini menyasar lebih dari satu titik serangan. Penyerang kini tidak hanya berkutat pada satu perangkat, tetapi melakukan infiltrasi melalui berbagai saluran, seperti endpoint, tablet, ponsel pintar, dan perangkat lain yang terhubung ke internet.
Dengan adanya variasi serangan yang lebih kompleks ini, penting bagi perusahaan untuk memahami bagaimana AI dapat digunakan sebagai alat untuk kejahatan. Namun, tidak hanya potensi ancaman yang perlu dikhawatirkan; pemanfaatan AI juga menjanjikan peluang baru untuk meningkatkan keamanan teknologi.
Pentingnya Strategi Keamanan Berbasis Zero Trust
Dengan meningkatnya kompleksitas ancaman siber, penerapan strategi keamanan berbasis Zero Trust menjadi sangat penting. Pendekatan ini menekankan bahwa tidak ada entitas di dalam maupun di luar jaringan yang dianggap aman, sehingga setiap permintaan akses harus divalidasi secara menyeluruh.
Penerapan strategi ini dapat membantu organisasi dalam mengelola risiko dengan lebih baik, terutama ketika menghadapi serangan yang semakin canggih. Peninjauan terus-menerus terhadap sistem dan kebijakan keamanan menjadi aspek yang tidak boleh diabaikan.
Keseimbangan antara pemanfaatan AI dan keamanan yang efektif sangat penting. Dengan pendekatan yang tepat, organisasi dapat memanfaatkan inovasi teknologi tanpa mengorbankan keamanan data dan sistem mereka.
Kesiapan Infrastruktur untuk Memanfaatkan Teknologi AI
Salah satu faktor kunci dalam memanfaatkan kemampuan AI adalah kesiapan infrastruktur. Infrastruktur yang kuat dan fleksibel sangat penting untuk memastikan bahwa AI dapat berfungsi dengan optimal, tanpa menciptakan risiko baru bagi keamanan data.
Penting bagi organisasi untuk menginvestasikan dalam fondasi yang scalable dan adaptif. Data, keamanan, dan komputasi harus diperhatikan dalam perencanaan dan investasi teknologi agar dapat mendukung pemanfaatan AI secara luas.
Masalah infrastruktur yang masih belum memadai di beberapa negara, termasuk Indonesia, menjadi tantangan tersendiri. Hal ini mencakup daya komputasi yang terbatas, konektivitas yang tidak stabil, dan kurangnya pusat data yang memadai untuk mendukung inovasi.














