Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan yang cukup signifikan pada penutupan perdagangan terakhir, mencerminkan ketidakpastian yang melanda pasar saham. Penurunan tersebut mencapai 2,63 poin atau sekitar 0,03 persen, membawa indeks ke level 8.271. Banyak investor mulai mempertimbangkan kembali strategi investasi mereka dan mengamati pergerakan pasar dengan cermat, khususnya setelah transaksi mencapai angka Rp22,45 triliun.
Pertukaran saham mencapai 28,84 miliar, menunjukkan intensitas aktivitas di pasar meskipun ada penurunan indikator. Dalam sepekan terakhir, IHSG menunjukkan pergerakan yang bervariasi; meskipun menguat pada beberapa hari, dua hari sisanya mengalami penurunan, sehingga secara keseluruhan indeks menunjukkan kenaikan sebesar 4,50 persen.
Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI), Aulia Noviana Utami Putri, mengindikasikan bahwa perdagangan saham selama periode 20 hingga 24 Oktober 2025 berjalan dengan fluktuasi. Data menunjukkan bahwa kapitalisasi pasar bursa juga mengalami peningkatan mencolok dari Rp14.746 triliun menjadi Rp15.234 triliun dalam periode tersebut.
Performa Pasar dan Volume Transaksi yang Berubah-ubah
Selama pekan lalu, rata-rata volume transaksi harian menunjukkan penurunan sebesar 19,70 persen dari 37,95 miliar saham menjadi 30,47 miliar. Penurunan ini menandakan adanya perubahan signifikan dalam kegiatan perdagangan yang bisa berpengaruh pada kepercayaan investor. Terlepas dari fluktuasi volumetrik ini, rata-rata nilai transaksi harian juga mengalami penurunan sebesar 18,85 persen.
Rata-rata frekuensi transaksi harian pun turut mencatatkan penurunan sebesar 12,91 persen, menurun dari 2,71 juta menjadi 2,36 juta transaksi. Hal ini menunjukkan bahwa investor menjadi lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, bersiap untuk menyesuaikan dengan kondisi pasar yang tidak menentu.
Investor asing juga memainkan peranan penting dalam pergerakan pasar, mencatatkan nilai beli bersih sebesar Rp1,15 triliun untuk hari tersebut. Namun, pada tahun 2025, investor asing tetap mencatatkan nilai jual bersih yang cukup besar, mencapai Rp47,317 triliun, yang dapat menjadi pertanda sinyal waspada bagi pelaku pasar.
Proyeksi Pergerakan IHSG dan Faktor yang Mempengaruhi
Melihat ke depan, proyeksi pergerakan IHSG pekan mendatang menjadi topik yang hangat dibahas. VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, menyatakan bahwa penguatan indeks pada pekan lalu didorong oleh beberapa faktor positif. Meredanya ketegangan antara kebijakan tarif Amerika Serikat dan China menjadi salah satu isu utama yang berkontribusi pada optimisme pasar.
Selain itu, laporan kinerja keuangan emiten untuk kuartal III menambah keyakinan bahwa banyak perusahaan masih menunjukkan pertumbuhan yang solid. Misalnya, emiten seperti BBCA dan UNVR mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang masing-masing mencapai 5,7 persen dan 10,8 persen year-on-year.
Setelah pertimbangan ini, Oktavianus memperkirakan bahwa IHSG kemungkinan akan bergerak cenderung melemah dengan kisaran support di 8.220 dan resistance di 8.320. Dua faktor utama yang diperkirakan akan memengaruhi pasar adalah potensi pemangkasan suku bunga acuan The Fed dan situasi nilai tukar rupiah yang tidak stabil.
Peluang Investasi di Tengah Ketidakpastian Pasar
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian, di mana IHSG diprediksi bergerak terbatas, analis teknikal MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyarankan agar investor tetap waspada. Menurutnya, IHSG memiliki level support di 8.161 dan resistance di 8.390. Rilis keputusan suku bunga The Fed dan data manufaktur di China dinilai dapat memberikan sinyal yang krusial terkait kebijakan moneter global.
Pergerakan harga komoditas juga akan menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan. Banyak investor mencari sektor-sektor defensif yang dapat memberikan perlindungan dalam situasi pasar yang volatile. Investor juga perlu mulai memperhatikan laporan kinerja emiten yang semakin banyak dirilis.
Ada beberapa rekomendasi saham yang dapat diperhatikan, misalnya, Bank Tabungan Negara (BBTN) dan saham dari sektor energi seperti Medco Energi Internasional (MEDC). Prognosis untuk saham-saham tersebut menunjukkan potensi pertumbuhan yang positif berdasarkan kinerja terbaru mereka dalam pasar.














