Isu mengenai akses internet masih menjadi tantangan besar di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil. Meskipun sudah banyak kemajuan dalam infrastruktur telekomunikasi, masih ada ribuan desa yang belum tersambung dengan jaringan internet, terutama di wilayah 4G.
Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) menyatakan komitmennya untuk mendukung upaya pemerintah dalam mengatasi permasalahan ini. Upaya kolaboratif diperlukan agar semua daerah, termasuk yang terpencil, mendapatkan konektivitas yang layak.
Dalam konteks ini, Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, mengungkapkan secara langsung bahwa ada 2.333 desa yang masih kekurangan akses internet. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak untuk bersama-sama menciptakan solusi yang efektif.
“Banyak desa yang tidak mendapat layanan 4G dan harus kita prioritaskan dalam pengembangan jaringan,” kata Meutya. Dia mengajak kerjasama dari berbagai pihak untuk menyelesaikan kendala ini yang terus menjadi tantangan di era digital.
Tantangan Penyebaran Jaringan Internet di Daerah Terpencil
Di wilayah yang dikenal sebagai 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), penggelaran jaringan internet menghadapi banyak rintangan. Infrastruktur pendukung yang kurang memadai sering kali menjadi kendala utama dalam mendistribusikan konektivitas ke area-area tersebut.
Marwan O. Baasir, Direktur Eksekutif ATSI, menjelaskan bahwa dua pendekatan dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini: optimalisasi jaringan yang sudah ada atau penambahan site baru. Optimalisasi biasanya diterapkan pada daerah yang sudah terjangkau jaringan, tetapi kecepatannya perlu ditingkatkan.
Di sisi lain, penambahan site baru diperlukan di kawasan yang benar-benar tidak memiliki akses sama sekali. Namun, ini memerlukan analisis lebih dalam terkait operator mana yang mampu menjelajahi medan yang sulit, karena tidak semua operator dapat masuk dan beroperasi di setiap lokasi.
Marwan menegaskan pentingnya perhitungan skala ekonomis dalam fase ini. “Umumnya, di area 3T, biasanya hanya terdapat satu operator yang dapat beroperasi karena biaya pengembangan infrastruktur yang tinggi,” tambahnya.
Peran Infrastruktur Pendukung Dalam Penyebaran Internet
Salah satu kendala dalam mengembangkan jaringan adalah infrastruktur pendukung seperti listrik dan akses jalan. Material dan logistik sering mengalami keterlambatan dalam pengiriman ke lokasi-lokasi terpencil.
Pembangunan infrastruktur ini penting untuk memastikan konektivitas yang berkelanjutan. Tanpa adanya listrik dan jalur transportasi yang baik, penggelaran jaringan internet di daerah terpencil akan terhambat.
Marwan juga menyebutkan bahwa telah dibangun sekitar 12.300 base transceiver station (BTS) 4G di berbagai wilayah Indonesia. Ini adalah hasil kerja sama antara operator seluler dan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) untuk mengurangi blank spot dalam jaringan.
“Namun, penambahan desa baru akibat pemekaran sering kali menjadi tantangan,” ungkap Marwan. “Kita tidak bisa hanya berharap pada infrastruktur yang ada, kita butuh strategi yang lebih adaptif.”
Pentingnya Kolaborasi untuk Mewujudkan Konektivitas Merata
Dalam menghadapi masalah konektivitas ini, kolaborasi antara pemerintah, penyelenggara telekomunikasi, dan masyarakat menjadi sangat penting. Setiap pihak harus saling mendukung untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu akses internet yang merata bagi semua masyarakat.
Meutya Hafid menekankan bahwa angka 2.333 desa yang belum terjangkau internet bukanlah angka yang mustahil untuk dicapai. “Jika kita semua bersatu padu, saya yakin bisa menyelesaikan pekerjaan rumah ini,” ujar Meutya.
Upaya ini tidak hanya tentang membangun jaringan, tetapi juga tentang menciptakan peluang yang lebih baik untuk pendidikan, ekonomi, dan kualitas hidup masyarakat di daerah tersebut. Untuk itu, strategi dan kebijakan harus diperkuat agar dapat menjangkau seluruh segmen masyarakat.
Adanya program-program pemerintah dan inisiatif kerja sama lainnya diharapkan dapat mempercepat akselerasi penyebaran jaringan internet. Ini adalah langkah penting menuju digitalisasi yang lebih inklusif dan berkesinambungan.














