Tahun 2025 menandai momen penting dalam hubungan diplomatik antara Indonesia dan Pakistan, yang kini telah berlangsung selama 75 tahun. Untuk merayakan pencapaian ini, pemerintah Pakistan mengundang Presiden Prabowo untuk mengunjungi negerinya pada awal bulan Desember, menandakan tujuan memperkuat ikatan antar kedua negara.
Kunjungan ini bukanlah yang pertama bagi seorang Presiden RI ke Pakistan. Di masa silam, Presiden pertama Indonesia, Soekarno, telah melakukan hal serupa dan disambut dengan penuh antusiasme oleh masyarakat Pakistan yang mengaguminya, menciptakan kenangan yang tak terlupakan.
Salah satu kunjungan paling berkesan terjadi pada tanggal 23-25 Juni 1963. Meskipun Soekarno pernah berkunjung ke Pakistan pada tahun 1950, kunjungan kali ini menjadi momen yang sangat spektakuler, meninggalkan kesan mendalam di hati publik.
Meriahnya Sambutan Rakyat Pakistan terhadap Soekarno
Ketika pesawat yang membawa Soekarno memasuki wilayah udara Pakistan, sejumlah pesawat jet segera dikerahkan untuk menyambutnya. Sesaat setelah beliau mendarat, ribuan tentara disiapkan untuk menyambut kedatangannya dengan barisan yang rapi, menunjukkan betapa pentingnya kunjungan ini bagi negara tersebut.
Penghormatan kenegaraan diberikan berupa 21 kali tembakan meriam meledak di udara, menandakan tingginya respek yang diberikan kepada Presiden Indonesia. Presiden Pakistan, Ayub Khan, juga hadir untuk menyambut Soekarno dan mengajaknya meninjau barisan militer, menunjukkan solidaritas antar kedua bangsa.
Setelah penyambutan resmi, Soekarno diarak menaiki kereta kuda menuju lokasi resepsi. Di sepanjang jalan, semangat masyarakat Pakistan tampak jelas, dengan ribuan orang berdesak-desakan merayakan kedatangannya.
Kecintaan dan Apresiasi Rakyat Pakistan terhadap Soekarno
Antusiasme warga serasa memuncak ketika mereka meneriakkan kata-kata pujian seperti “Merdeka” dan “Hidup Bung Karno”. Mereka menganggap Soekarno sebagai salah satu tokoh besar yang telah berjuang melawan penjajahan, membuat suasana meriah sepanjang rute yang dilalui.
Bendera merah putih berkibar, sementara gapura-gapura buatan warga terlihat membentang di sepanjang jalan. Kerumunan yang menghadiri resepsi merayakan kedatangan Soekarno tampak tak terbendung, banyak di antara mereka tidak bahkan berhasil masuk karena meluberan dalam jumlah yang sangat banyak.
Berita tentang sambutan meriah ini disampaikan oleh media pada waktu itu, menggambarkan bagaimana rakyat Pakistan begitu mengagumi sosok Soekarno yang dikenal sebagai pemimpin antikolonial yang tegas dan berani.
Hubungan Sejarah antara Indonesia dan Pakistan di Masa Lalu
Kedekatan antara Indonesia dan Pakistan tidak lepas dari sejarah kedua negara di masa revolusi. Banyak serdadu Pakistan yang sebelumnya terlibat dalam pasukan Sekutu lebih memilih untuk tidak melawan rakyat Indonesia, menganggap mereka sebagai saudara seiman. Hal ini membangun solidaritas yang kuat antara keduanya.
Kedatangan Soekarno memberi semangat dan motivasi bagi rakyat dan tentara Pakistan yang sedang berada dalam tekanan dari pihak Inggris serta berselisih dengan India mengenai Kashmir. Keberanian Soekarno dalam bersikap membuatnya dihormati dan dikagumi sebagai pemimpin yang memahami perjuangan rakyat.
Apresiasi tersebut diungkapkan melalui pengakuan Ayub Khan, yang menilai bahwa diplomasi dan perjuangan Soekarno memberi inspirasi bagi rakyat Pakistan, terutama dalam konteks perjuangan mereka melawan kolonialisme.
Warisan Soekarno yang Terus Hidup di Hati Rakyat Pakistan
Soekarno tidak hanya menerima pujian, tetapi juga memberikan semangat kepada rakyat Pakistan untuk terus berproses dalam perjuangan mereka. Ia mengingatkan bahwa perjuangan bukan hanya fisik, tetapi juga mental dan moral, sehingga harapan dapat terwujud dalam waktu yang tidak lama.
Ketika konflik antara Pakistan dan India makin memanas pada tahun 1965, Soekarno menunjukkan dukungannya kepada Pakistan dengan mengirimkan bantuan berupa kapal selam. Ini menunjukkan bahwa dukungan dan solidaritas antara kedua bangsa tetap terjaga bahkan dalam situasi yang sulit.
Kunjungan Soekarno pada tahun 1963 kemudian menjadi yang terakhir baginya. Meskipun baru dua tahun setelah itu ia dilengserkan, warisan dan dampak positif dari kunjungannya terus hidup hingga kini. Di Larkana, Pakistan, misalnya, warga setempat mendirikan Sukarno Tower setinggi 10 meter sebagai bentuk penghormatan kepada sosok yang telah menjadi inspirasi bagi banyak orang.














