Sebuah kejadian menarik mencuri perhatian publik ketika MPV mewah milik Sri Sultan Hamengkubuwono ke-10, atau HB X, terjebak dalam kemacetan. Mobilnya, Lexus LM 350h, terlihat antre di tengah jalan ketika tiba-tiba disalip oleh rombongan yang disertai pengawalan, membuat situasi ini menjadi viral di berbagai media sosial.
Kejadian ini menarik perhatian banyak orang, khususnya pengguna internet, yang tidak menyangka mobil pribadi seorang sultan bisa tersisihkan oleh rombongan mobil dengan sirene dan rotator. Dalam rekaman yang beredar, HB X tampak tenang sambil mengendarai mobilnya, menunjukkan sisi berbeda dari seorang pemimpin yang biasanya berkendara dengan pengawalan ketat.
Ada yang menarik dari Lexus LM 350h yang dipilihnya. Meskipun mirip dengan Toyota Alphard dalam desain, mobil ini menawarkan kenyamanan dan fitur khas Lexus. Hal ini menjadikannya pilihan favorit bagi mereka yang menginginkan gaya dan kemewahan di jalan.
Pamor Lexus LM 350h dalam Dunia Mobil Mewah di Indonesia
Model ini pertama kali memasuki pasar Indonesia pada tahun 2020 dan langsung menarik perhatian kalangan elit. Terdapat dua versi yang ditawarkan, yaitu varian 4 seater dan 7 seater, menjadikannya fleksibel bagi berbagai kebutuhan pengguna.
Kemewahan mobil ini tidak hanya menjadi daya tarik, tetapi juga performa yang mengesankan. Mobil ini dilengkapi dengan mesin 2GR-FKS enam silinder dengan kapasitas 3.456 cc, mampu menghasilkan tenaga maksimal 297 hp. Kehebatan mesin ini menciptakan kecepatan dan akselerasi luar biasa di jalan raya.
Dengan fitur-fitur premium yang disertakan, Lexus LM 350h tidak hanya berfungsi sebagai alat transportasi, tetapi juga simbol status sosial bagi pemiliknya. Varian hybrid yang ditawarkannya pun menambah daya tarik bagi mereka yang peduli lingkungan dan ingin menjaga efisiensi bahan bakar.
Kronologi Kejadian yang Menarik Perhatian Publik
Berdasarkan informasi yang beredar, kejadian tersebut terjadi ketika Sultan HB X mengantarkan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono, dalam kunjungan resminya di Karangmojo, Gunungkidul. Ketika mobilnya berhenti di lampu merah, tanpa disangka muncul rombongan mobil bersirene yang menyalipnya.
Video yang merekam momen tersebut menunjukkan mobil polisi dan rombongan yang mengawal sejumlah kendaraan. Hal ini menambah kesan dramatis dari situasi di mana seorang sultan tampak kalah “adu cepat” di jalan raya. Kejadian ini pun menjadi bahan diskusi hangat di berbagai platform media sosial.
Koordinator Substansi Bagian Humas Biro Umum Ditya Nanaryo Aji mengonfirmasi momen itu dan menjelaskan bahwa situasi tersebut tidak biasa. Dia menegaskan komitmen Sultan HB X untuk menggunakan kendaraan pribadi dalam agenda tersebut, yang hanya menambah citranya sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat.
Respons Publik dan Tanya Jawab Seputar kejadian Tersebut
Tentu saja, respons publik terhadap kejadian ini cukup beragam. Banyak yang angkat bicara tentang etika berlalu lintas, dan sebagian menyayangkan penggunaan sirene yang selama ini dianggap tidak pantas untuk situasi seperti itu. Perdebatan tentang tindakan rombongan yang menyalip pun muncul, membuat warganet semakin memperbincangkan soal kewajiban menghormati pengguna jalan lainnya.
Sejak kejadian itu, pihak kepolisian diapresiasi oleh sebagian kalangan karena mereka menegaskan pentingnya penegakan hukum di jalan raya. Terlepas dari siapa yang mengemudikannya, penggunaan jalur dan antrian dalam kegiatan berkendara harus diutamakan.
Keputusan korps lalu lintas untuk membekukan sementara penggunaan sirene dan rotator dalam pengawalan pun membuat masyarakat berpikir ulang tentang pentingnya aturan dalam berlalu lintas. Ini juga menjadi pertanyaan bagi banyak orang: seberapa pentingnya penggunaan fasilitas tersebut dalam konteks yang benar?














