Menteri Komunikasi dan Digital Indonesia, Meutya Hafid, menekankan bahwa ukuran keberhasilan sebuah startup tidak lagi terfokus pada status unicorn atau decacorn. Ia mengajak semua pelaku industri untuk memprioritaskan kemampuan bertahan dan dampak sosial dari setiap inovasi yang dihasilkan.
“Saat ini, kita perlu mengevaluasi perjalanan startup dengan mempertimbangkan sustainability dan berapa lama mereka dapat bertahan. Kinerja setiap startup harus dinilai dari dampak nyata yang tercipta,” lanjutnya dalam acara peluncuran Garuda Spark Innovation Hub di Bandung.
Saat industri startup mengalami perkembangan pesat, label unicorn dan decacorn menjadi populer karena menandakan valuasi tinggi. Unicorn adalah startup yang dinyatakan memiliki valuasi mencapai satu miliar dolar, sedangkan decacorn adalah yang memiliki nilai di atas sepuluh miliar dolar.
Pentingnya Fokus pada Dampak Sosial Startup di Indonesia
Meutya menambahkan bahwa sejarah perkembangan startup di Indonesia memiliki banyak cerita inspiratif. Dari sektor e-commerce hingga layanan perjalanan, Indonesia telah menunjukkan potensi besar di kancah internasional.
Dia juga menyatakan, “Banyak inovasi yang lahir dari kreativitas lokal, seperti QRIS yang kini telah diakui secara global.” Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan tak hanya dilihat dari angka, tetapi juga dari kontribusi yang diberikan kepada masyarakat.
Ketika ditanya mengenai dampak dari kondisi ekonomi global yang dikenal sebagai Startup Winter, Meutya mengakui bahwa berbagai startup telah menghadapi tantangan berat. Namun, keyakinan bahwa Indonesia tetap mampu mengatasi tantangan ini sangatlah penting.
“Meskipun jumlah startup menurun, saya yakin kreativitas masyarakat Indonesia tidak akan padam. Ini adalah saatnya untuk bangkit kembali dan berinovasi,” imbuhnya optimis.
Dukungan dari Pemerintah dan Kolaborasi untuk Inovasi
Dalam pandangan yang sama, Dirjen Ekosistem Digital, Edwin Hidayat Abdullah, mengekspresikan keyakinan bahwa inovasi tetap harus berjalan meskipun ada penurunan investasi. Kolaborasi antara berbagai pihak menjadi kunci untuk memastikan keberlangsungan proses inovatif.
“Kami ingin memastikan bahwa semangat untuk menciptakan solusi baru tidak akan hilang, apalagi saat tantangan seperti ini terjadi,” katanya. Edwin menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, universitas, dan pihak swasta.
Pemerintah memiliki peran strategis dalam menyediakan infrastruktur yang mendukung. “Melalui kolaborasi, kami bisa menciptakan ekosistem yang sehat bagi pengembangan startup,” sambungnya.
Perkembangan ini diharapkan dapat membuka peluang bagi masyarakat untuk berkontribusi lebih dalam dunia digital. “Investasi akan kembali tumbuh sejalan dengan inovasi yang berhasil diciptakan,” ujarnya optimis.
Garuda Spark Innovation Hub: Ruang Kreativitas dan Kolaborasi
Dalam upaya mendorong kreativitas, Kementerian Komunikasi dan Digital meluncurkan Garuda Spark Innovation Hub. Tempat ini diharapkan menjadi pusat bagi para pelaku startup untuk berkumpul, berdiskusi, serta berkolaborasi.
Dengan fasilitas yang lengkap, termasuk ruang rapat, ruang kelas, dan akses internet cepat, Innovation Hub siap mendukung pertumbuhan ide-ide baru. Ini adalah langkah konkret untuk menjawab tantangan yang ada di industri.
Meutya berharap bahwa dengan adanya hub ini, inovasi lokal akan semakin berkembang. “Kami memiliki tujuan untuk menjadikan setiap hub memiliki fokus spesifik terhadap bidang tertentu,” ungkapnya.
Misalnya, hub di Bandung akan lebih fokus pada kecerdasan buatan, sementara yang di Jakarta akan menangani teknologi ramah lingkungan. Setiap lokasi disesuaikan dengan kebutuhan lokal untuk memaksimalkan dampak dari setiap inovasi.
“Kami percaya bahwa dengan mendukung spesialisasi ini, kami dapat mendorong lahirnya solusi yang lebih tepat guna,” tutupnya dengan semangat.














