Setiap tahun pada tanggal 18 November, Indonesia merayakan Hari Sawit Nasional. Peringatan ini dimaksudkan untuk mengenang penanaman kelapa sawit pertama kali secara komersial di Indonesia pada tahun 1911, sebuah langkah yang mengubah wajah ekonomi negara ini.
Kelapa sawit kini dikenal sebagai salah satu komoditas dengan nilai tinggi yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pendapatan negara. Proyeksi menunjukkan bahwa pendapatan dari sektor sawit dapat mencapai USD 61,7 miliar pada tahun 2024, dan dalam lima tahun ke depan, potensi ini diperkirakan bisa meningkat mencapai Rp 2.066 triliun.
“Kami memprediksi bahwa pada tahun 2029, pendapatan dari sektor sawit bisa mencapai USD 124,7 miliar,” ungkap seorang pejabat terkemuka yang memberikan arahan mengenai potensi masa depan industri sawit di Indonesia.
Sejarah Awal Penanaman Kelapa Sawit di Indonesia
Perjalanan kelapa sawit di Indonesia tidak terjadi secara instan, bahkan pernah mengalami masa-masa yang penuh tantangan. Tanaman ini, berasal dari Afrika, baru diperkenalkan ke Indonesia sekitar tahun 1848, terkenal lambatnya perkembangan awalnya.
Pemerintah kolonial Belanda menanam empat bibit sawit di Kebun Raya Bogor. Setelah lima tahun, biji dari bibit pertama itu mulai berbuah, dan pemerintah kemudian memulai penyebaran biji sawit ke berbagai daerah, meskipun saat itu masyarakat belum menyadari potensi yang dimiliki kelapa sawit.
Hanya sedikit yang mendorong masyarakat untuk menanam kelapa sawit lebih jauh, dan banyak di antara mereka yang lebih memilih pohon kelapa yang telah terlebih dahulu dikenal. Masyarakat masih menganggap pohon kelapa lebih berharga dibandingkan tanaman baru ini.
Pengembangan dan Penyebaran Industri Sawit di Tanah Air
Dalam upaya mempromosikan tanaman sawit, pemerintah mulai melakukan eksperimen dengan mengadakan penanaman di berbagai tempat, termasuk Jawa Timur dan Sumatra. Hasilnya menunjukkan bahwa sawit dapat tumbuh lebih cepat dan pada tahun 1911, penanaman secara komersial dilakukan untuk pertama kalinya.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa pada 1924, luas lahan kelapa sawit di Sumatra telah mencapai 20.000 hektare. Pertumbuhan ini mendorong munculnya industri pengolahan yang berfokus pada produk berbahan dasar kelapa sawit seperti sabun dan mentega.
Sebagai hasil dari upaya tersebut, industri sawit tumbuh pesat dan menjadi sumber pendapatan yang signifikan bagi petani dan perusahaan di Indonesia. Dalam waktu singkat, sawit menjelma menjadi komoditas yang sangat penting dalam perekonomian negara.
Dampak dan Tantangan yang Dihadapi oleh Sektor Sawit
Meski telah meraih banyak kemajuan, perjalanan industri sawit tidak selalu mulus. Perang dan berbagai tantangan sosial mengganggu pertumbuhannya seperti saat penjajahan Jepang yang mengakibatkan matinya industri sawit untuk sementara waktu.
Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, industri sawit mulai pulih, namun diperlukan waktu untuk kembali berkembang hingga dekade 1970-an. Saat itu, pemerintah meluncurkan berbagai kebijakan untuk mendorong kemandirian sektor pertanian yang mencakup sawit.
Seiring perkembangan teknologi dan peningkatan kesadaran akan keberlanjutan, sejumlah tantangan modern juga mulai muncul, termasuk isu lingkungan dan sosial yang harus dihadapi oleh para pelaku industri sawit.














