Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menginformasikan bahwa sebuah topan super, yang dikenal sebagai Topan Ragasa, berpotensi memberikan dampak tidak langsung terhadap sejumlah wilayah di Indonesia. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dapat diperkirakan akan terjadi di beberapa daerah yang dipengaruhi oleh siklon ini.
Siklon Tropis Ragasa saat ini diperkirakan berada di area Filipina dengan kecepatan angin maksimum mencapai 110 knot, dan tekanannya mencapai 905 hPa. Kondisi ini berpotensi membentuk daerah konvergensi yang dapat memicu curah hujan di Kalimantan, Maluku Utara, dan Papua.
Sebagai informasi tambahan, bibit Siklon 92W juga telah terdeteksi di Laut Filipina utara dengan kecepatan angin maksimum 20 knot dan tekanan 1004 hPa. Meskipun demikian, kemungkinan untuk bibit siklon ini berkembang menjadi siklon tropis dikategorikan sebagai rendah.
Topan Ragasa telah menyebabkan ribuan warga dievakuasi dari desa-desa di kawasan utara Filipina dan menewaskan sekurangnya tiga orang. Saat ini, topan ini bergerak menuju Hong Kong, selatan daratan China, dan Taiwan, di mana masyarakat lokal bersiap menghadapi potensi cuaca ekstrem yang lebih parah.
Dampak Topan Ragasa di Wilayah Sekitar
Pejabat di Hong Kong telah mengeluarkan peringatan terkait ancaman serius dari Topan Super Ragasa, yang dalam penilaian mereka dapat menyebabkan kerusakan parah mirip dengan badai menghancurkan yang pernah terjadi sebelumnya. Dalam konteks ini, mereka membandingkan Ragasa dengan badai Hato pada tahun 2017 dan Mangkhut pada tahun 2018.
Pernyataan Eric Chan, seorang pejabat senior di Hong Kong, mengungkapkan bahwa topan ini dapat berdampak seperti dua badai besar tersebut. Kecepatan angin maksimum yang dihasilkan oleh Ragasa diperkirakan mencapai 220 kilometer per jam, saat melintasi Laut Cina Selatan.
Saat ini, Bandara Hong Kong tetap beroperasi, meskipun terdapat informasinya bahwa operasi penerbangan akan mengalami gangguan signifikan. Gangguan tersebut direncanakan akan berlangsung mulai pukul 6 sore hingga keesokan harinya, dengan lebih dari 500 penerbangan diperkirakan akan dibatalkan.
Di Taiwan, layanan meteorologi setempat memperingatkan akan terjadinya hujan lebat di bagian timur negara ini. Radius dampak dari badai diketahui cukup luas, yakni sekitar 320 kilometer, yang telah mulai mempengaruhi beberapa wilayah meskipun pusat topan masih jauh.
Persiapan dan Tindakan Evakuasi yang Dilakukan
Dengan ancaman yang ditimbulkan oleh Topan Ragasa, pejabat di Shenzhen, China, merencanakan evakuasi terhadap sekitar 400.000 orang, khususnya mereka yang tinggal di daerah yang rentan terhadap banjir. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi untuk melindungi warga dari potensi bencana alam yang bisa timbul.
Bandara Shenzhen juga telah mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan semua penerbangan mulai malam hari, yang menjadi langkah penting untuk memastikan keselamatan penumpang. Pihak berwenang memastikan koordinasi yang baik untuk penanganan evakuasi serta pengurangan risiko di wilayah yang lebih rawan.
Prediksi dari Pusat Meteorologi Nasional China menunjukkan bahwa topan tersebut mungkin akan mendarat di wilayah pesisir antara Kota Shenzhen dan Kabupaten Xuwen di Provinsi Guangdong. Proses ini memberikan sinyal bahaya yang lebih nyata dan mendesak bagi masyarakat yang tinggal di sekitar daerah tersebut.
Perubahan Cuaca dan Implikasi bagi Masyarakat
Dengan berbagai perubahan yang ditimbulkan oleh Topan Ragasa, masyarakat di wilayah yang terdampak diharapkan lebih siap menghadapi kondisi cuaca yang ekstrem. Persiapan ini mencakup pengadaan perlengkapan darurat dan penyediaan tempat penampungan bagi yang harus dievakuasi.
Selain itu, penting bagi masyarakat untuk mengikuti perkembangan informasi dari layanan cuaca dan pihak berwenang terkait cuaca yang sedang berlangsung. Ketersediaan informasi yang akurat akan sangat membantu dalam pengambilan keputusan terbaik bagi keselamatan diri dan keluarga.
Topan ini bukan hanya ancaman fisik, tetapi juga dapat mempengaruhi aspek sosial dan ekonomi wilayah-wilayah yang dilaluinya. Kerusakan infrastruktur dan dampak pada kegiatan ekonomi dapat berdampak jangka panjang bagi masyarakat.














